header photo

cATAtan SakU VesteR: bERmula Dari Pipa selokan rumahku

Ada sebuah pipa di selokan depan rumahku. Dari dalamnya keluar air, yang nantinya air itu menyatu dengan sekumpulan air yang sudah terlebih dahulu hinggap di selokan. Dan kalaupun bagus dirasa, air itu nantinya kan mengalir menyusuri lika-liku jalur selokan di kompleks kami, dan terjun bebas di kali dekat komplek kami.

Tapi itu cuma teori, yang ada air di selokan itu tidak mengalir. Ada penghambat laju aliran air di selokan kompleks kami. Aku tidak menginvestigasi dimana duduk permasalahan penyumbat aliran selokan kompleks kami. Biarlah air selokan yang berasal dari pipa rumah kami itu statis dan terus meluap nantinya saat hujan singgahi kompleks kami. Dengan sedikit usaha, celana panjang yang kulipat hingga ke dengkul, selesai sudah permasalahan banjir.

Mudah bukan???

Sajak TERinjak-injak (Dan KAMi siAP TertawA)

dan kami siap tertawa
,entah ini memang tawa atau memang anggapan tentang tawa,
mendengar aspirasi adalah 15 M sekantung uang kata sepakat

dan kami siap tertawa
,entah adakah nama aktifitas lain yang pantas mengantikan tawa,
menjejali kematian subsidi si miskin

sEperti yang Tak SEperti

Celaka...
tak seperti yang seharusnya
seharusnya seperti yang umumnya
umumnya tak seperti yang seharusnya
seharusnya seperti yang sebenarnya

Celaka tak seperti yang sebenarnya

imaGinasi LiAr tentanG waNiTa itu

Seandainya sandaran kepalanya itu bahuku... . Tapi ternyata tidak, apa daya?

Bis kota itu meluncur semakin liar saat mulai memasuki tol luar kota.Pertunjukan sihir pun dimulai.

Supir bis yang menjelma menjadi Lewis Hamilton, memacu kotak beroda empat itu sampai meraung-raung bunyinya, salip satu truck lalu tak berapa saat malah disalip tiga sedan sekaligus ---satu dari sebelah kiri, dan dua lagi secara berurutan dari sebelah kanan. Ketegangan tentu menjadi buah bibir di antara pikiran para penumpang bis kota.

Angin leluasa menghampiri para penghuni bis kota melalui celah jendela yang dibiarkan terbuka, atau lebih tepatnya engsel jendela yang sudah berkarat membuat jendela mustahil untuk ditutup.

Berkunjung ke rumah wanita itu

Seandainya dapat, mungkin ini sudah kulakukan lebih cepat. Tetapi aku tak bisa.

Wanita itu Tersenyum. "Ada apa mas?" Dia bertanya keheranan kepadaku yang sedari tadi memandang ke arahnya.

"Ah enggak, cuma pandangan kosong aja" Jawabku singkat

Wanita itu meraih tanganku, lalu mulai mengajakku beranjak dari ketidakbergerakan langkahku. "Hari ini kau harus mampir ke tempatku" pintanya sambil mempercepat langkahnya.

Aku tidak melawan, tidak juga berhenti. Kuayunkan langkah kakiku mengimbangi langkah cerianya itu.

sekadar menyapa waktu yang telah lalu

sesungguhnya aku cuma mengingat-ingat
sejujurnya aku bukanlah ahli pengingat
sebut saja ku pelupa sejati

saat menginjak satu tahun,
waktu ku mulai masuk Taman Kanak-kanak,
ketika mulai memasuki pelataran Sekolah Dasar
ketika keluar sebagai seorang lulusan Sekolah Menengah Pertama
juga saat ku mengenalmu di Sekolah Menegah Atas kali pertama
terpisah karena kelulusan kita bersama, walau berbeda jalan nantinya
sebut saja aku pelupa sejati

cATAtan SakU VesteR: sATU SENAR, SATU NADa, harmonisasi

satu nada

senar satu " E "
senar dua " B "
senar tiga " G "
senar empat " D "
senar lima " A "
senar enam " E "

hilang satu senar,
bermainlah dalam lima nada tersisa

cATAtan SakU VesteR: SIM A coreng idealisme

lain kali, lain waktu,
tempat yang sama, pribadi yang sama,
tidak melanggar, tidak membayar,
"AKU PASTI KEMBALI LAGI"

sebuah pengakuan terbuka

surat mini untuk gadis kampung(an)


gadis kampung(an), apa kabar?
kudengar kau tambah cantik, benarkah?

gadis kampung(an), apakah:
>suara indahmu melantunkan nada?
>rasa penasaranmu telah usai?
>sentilan pd diri sendiri ada d notemu?
>anti sosialmu kembali kambuh?

s'tidaknya dlm dunia dongengku,aku harap:
>kau brdiri d dpn, mempertontonkan berlian d lidahmu
>kau t'lah bs baca not-not angka hadiahku

s'tidaknya dlm dunia dongengku,aku harap:
>tingkah mu bukan cuma rasa penasaran
>coba-coba bukan mjadi idealismemu

s'tidaknya dlm dunia dongengku,aku harap:
>fentilasi jiwamu terbuka dlm note mu
>perenunganmu terejawantahkan lagi

aNgin, Gadis Kecil, dan NelaYan

Siapa yang tahu arah angin?
angin bertiup ke mana dia mau, tanpa ada yang mengetahui maksud ataupun tujuannya.
Bulan tidak tahu, demikian juga awan yang menutupi bulan di malam ini juga tidak tahu.

Juga demikian, angin bertiup mendekati seorang gadis kecil yang sedang tersesat di dalam hutan.

"Aku sungguh tidak menyukai kehadiranmu angin" keluh gadis kecil merasa kedinginan semenjak kehadiran angin di dekatnya.
Search Engine Optimization