header photo

Bisa jadi aku adalah penemu teori resonansi

Resonansi merupakan proses bergetarnya suatu benda dikarenakan ada benda lain yang bergetar, hal ini terjadi dikarenakan suatu benda bergetar pada frekwensi yang sama dengan frekwensi benda yang terpengaruhi

Jikalau sedang bosan saat sedang mengendarai motor berplat B ku, aku mencoba mencari kesibukan sendiri. Sendirian juga dalam menikmatinya. Tapi tak seorang diri pula aku yang menanggung dampaknya. Salah satunya adalah dengan mempraktekkan teori resonansi yang pernah kudapat hasil usaha dari duduk terbengong-bengong di dalam kelas memahami pelajaran fisika jaman SMA dulu.

Teorinya seperti demikian. Jikalau aku sedang berjalan sejajar, dalam kecepatan yang kurang lebih sama dengan pengendara wanita, teori resonansi ini akan sangat mudah dipraktekkan. Umumnya aku akan melihat kondisi si pengendara wanita itu.

Bagi seorang yang telah lama mengendarai sepeda motor tentu akan tahu membedakan seseorang yang telah lihai berkendara dengan sesorang yang baru saja bisa mengendarai sepeda motor. Umumnya orang yang baru saja bisa mengendarai sepeda motor, apalagi jikalau pengendara itu wanita, dia akan duduk dengan posisi tegak, setegak yang mungkin ditegakkan wanita. Fokus matanya lurus kaku ke depan, jarang melihat kaca spion. Dan saat memegang stang motor biasanya dia akan agak goyang-goyang, tidak stabil.

Jikalau aku cukup beruntung mendapatkan seorang pengendara motor wanita yang seperti demikian maka aku akan mencoba mendekatkan posisi kendaraanku sejajar dengan si pengendara wanita ini dengan jarak yang terjaga agar tidak menyerempet itu kendaraan. Dan.....

Aku goyang-goyangkan kemudi stang motorku, seperti seorang pengendara yang sedang oleng. Seakan-akan aku sedang ditimpa angin puting beliung dan mencoba menjaga keseimbangan di tengah terpaan angin tersebut.

Alhasil....

Teori resonansi pun akan berlaku. Aku yang pura-pura oleng akan disusul oleh olengnya si pengendara wanita tersebut. Goyang kiri kanang, seakan-akan apa yang sedang kualami terjadi juga pada si pengendara wanita itu. Dan si pengendara wanita ini pun akan panik, jikalau dia tak kuasa lagi menahan gempuran resonansi oleng motornya itu, maka dia akan melambatkan laju motornya, dan coba berhenti.

Aku tetap melaju, dan berpuas diri merasa sebagai seorang penemu teori resonnansi.... pada jalan raya.

Maafkan daku, duhai para korbanku yang terdahulu dan yang akan datang.

Resonansi merupakan proses bergetarnya stang motor orang lain dikarenakan ada stang motorku yang bergetar, hal ini terjadi dikarenakan stang motorku bergetar pada frekwensi yang sama dengan frekwensi stang motor orang lain yang terpengaruhi

Serpong, 25 November 2010
Catatan seorang pengendara berplat B yang cari kesenangan sendiri di jalan raya

Kesal Itu Memperpanjang Umur

Seperti yang sudah-sudah, rasa kantuk selalu menemani perjalananku saat mengendarai motor ber-plat B ku. Tak terbilang sudah pinggiran jalan yang telah kujadikan tempat tidur saat benar-benar aku tak kuasa lagi menahan laju kantukku yang sedemikian hebatnya. Ketimbang harus berurusan dengan para suster cantik di rumah sakit lantaran mengalami kecelakaan lalu lintas akibat bermimpi di atas motor yang sedang melaju; atau berurusan dengan kumis para polisi bertampang sangar berbadan dua - seperti ibu hamil -  karena kantuk yang kujadikan alasan saat menabrak, jadi kuputuskan lebih baik beristirahat sejenak di pinggiran jalan. Walau hanya tidur di mushola yang ada di SPBU terdekat, itu sudah cukup untuk membuaku melayang ke dalam dimensi mimpi. Atau kalau tidak ada juga SPBU terdekat, ya aku tak ambil pusing, aku tidur saja di atas motor yang ku parkirkan sembarang di pinggir trotoar.

Tapi hari ini berbeda, aku sungguh berusaha tetap mengemudi motor walau kantuk benar-benar sudah menyerang ambang kesadaranku sampai di garis merah. Dan aku cumalah manusia biasa -seperti sebuah lirik lagu- yang jikalau mengantuk dan ditambah angin sepoi-sepoi, mata ini seketika berat,... berat,... dan kelopak mataku menutup sempurna bola mataku. 

%^&#*$%^&$^*^$*^&^#"!!!!

Ban belakang motorku kempes tiba-tiba. Dengan sigap aku rem, dan menghentikan laju motor. Turun dari jok motorku, mengamati ban belakang, dan dapat kupastikan kejadian ini bukan hanya tentang ban yang kempes atau ban bocor yang tertusuk paku. Ini kejadian yang dinamakan: Ban Dalam motorku pecah. 

Aku kesal bukan main, dan memang aku sedang tidak dalam keinginan untuk bermain. Aku kesal..., kesal,.... keeeesal.....

Tapi aku bingung, kepada siapa kekesalanku ini harus kulampiaskan? Toh ini adalah kejadian alamiah, atau bagiku  sendiri ini adalah peristiwa goib. Tidak ada pelaku kejahatan yang bisa ku laporkan ke polisi karena ku tuduh telah memecahkan Ban Dalam motorku. Aku kesal, dan yang lebih kesal lagi, aku kesal karena tidak tahu kepada siapa kekesalan ini kulampiaskan. 

Aku dorong motor, dan masuk ke bengkel terdekat. Beli Ban Dalam baru, seharga Rp 40.000 sudah termasuk ongkos pasang.

Dan melaju kembali menyusuri jalan raya. Tapi rasa kesal masih saja menguasai ubun-ubun, yang mengakibatkan tak ada lagi rasa kantuk yang tersisa. Kesal,... kesal,... dan bahkan aku lupa bahwasanya sebelumnya aku sedang diliputi rasa kantuk. Dan, dalam kekesalanku, aku tiba di rumah, dan selesailah perjalanan bersama motor ber-plar B ku.

Sebelum akhirnya tertidur di kamar sendiri, satu hal yang kusadari: "Rasa kesal itu dapat memperpanjang umur"

Karena kalau saja aku tidak kesal, tentulah aku sudah tertidur pulas di atas motor yang sedang melaju,... dan bisa jadi aku akan mendapat kecelakaan, dan matilah aku.

Untunglah aku kesal.

Serpong, 20 November 2010
Catatan seorang pengendara berplat B yang ngantuk

Terima Kasih Sudah Mendahuluiku

Mata ini sudah setengah watt, ngantuk, hampir padam nyala bola mataku. Tanganku masih tetap menggenggam kemudi motor, yang baru saja kuganti oli-nya tiga hari silam. Laju motorku pun stabil tiada percepatan kutambahkan. Dalam keadaan antara sadar tak sadar, alam dunia bawah sadarku menarikku begitu kuat ke posisi tertidur.

Rasaku hanya beberapa detik alam sadarku menarikku kembali untuk terbangun saat kurasa motorku oleng, kehilangan keseimbangan, dan klakson mobil begitu beringas dari sebelah kanan belakang pertanda coba mendahuluiku.

Baiknya aku berterimakasih kepada klakson beringas tersebut, karena suara yang dihasilkannya sangat berguna membangunkanku. Karena jikalau tidak demikian, tentulah saat kuterbangun bisa jadi aku sudah terbangun di dunia orang mati.

Dan rasa kantuk dalam perjalanan mengajarkanku untuk mengucapkan terima kasih, bahkan untuk suara klakson  beringas yang coba mendahului aku dan motorku.

Kali Deres, 19 November 2010
Catatan seorang pengendara berplat B yang ngantuk

teruntuk Ve


teruntuk Ve

aku tak dapat janjikan yang menjanjikan
tapi apa yang nantinya ku punya akan kuberikan
dan nantinya aku akan punya kekurangan

terimalah.



aku sudah menentukan bagaimana nantinya yang menjadi berlebih

dan yang nantinya berlebih adalah kekurangan

November 14, 201

teman seperjalanan


lampu motorku meredup
tapi justru kau semakin mendekapku
erat tanganmu melingkupi badanku
saat kubawa kau bepergian tembus malam
hampir saja tak bisa bernafas aku kau buat

tapi saat mesin motor berhenti
justru kau melepas dekapku
tak dapat erat tanganku menahan pergimu
saat kutibakan kau di tempat perhentian
dan nafasku tertahan sekian jenak

teman seperjalanan
lalu teman berjalan
sisakan jalan
dan aku

teman.
...
..
~
.
.
.
~
..
...
aku,


 November 14, 2010

Kakak berbadan kecil bernyali ginggantisme


Aduh kakak, senangnya ku jumpa denganmu dalam baju merahmu. Bukan merah pertanda "stop" pada lampu lalu lintas, tapi merah pertanda "berani" pada bendera negara kita.

Samar-samar sejak lama kudengar kabar pengasinganmu di sekitar gunung merapi Yogyakarta, tapi saat kujumpa malam tadi, kau bercerita singkapkan samar-samar kabar dirimu.

Dalam pengasingan, kehadiranmu kembali ke kota plat D, sepintas kupikir kau menghindari maut. Menjauh dari gunung meletus, sayangkan nyawamu sendiri. Nyatanya, kau tidak kembali ke kota plat D melainkan hanya "singgah sejenak". Kau singgah hanya kumpulkan bekal untuk menantang mautmu, atau lebih jelasnya, menantang maut kaum mu di kaki gunung merapi.

Duhai kakak berbadan kecil bernyali ginggantisme, bolehkah aku menahanmu, menenangkanmu di kota plat D ini? Sementara ketenanganmu berada di kaki gunung meletus itu.

Maka jikalau bekal mu sudah tersedia, dan kau bersiap langkah pergi menuju ketenanganmu di sana, jumpai kaum mu di kaki gunung merapi, dapatkah ku menahanmu di kota plat D ini?

Tentulah aku seorang bodoh yang berpikir dapat kerdilkan nyali ginggantisme mu.

Tiada ada pikiranku menjadikan mu sebagai kebodohan, yg disangkakan banyak orang tentang seseorang yg justru menghadapi gunung meletus dan bukan malah lari menghindar.

Dan kau, kakak berbadan kecil bernyali ginggantisme, pergilah temui ketenanganmu dan tolonglah kaum mu di kaki gunung merapi.

Hanya saja, jagalah tetap nyawamu dan kesehatanmu. Jadilah berkat.


Salam melepas rindu unt kak epoy

Kutunggu jumpa kita di lain kesempatan. Mungkin juga jumpa kita nanti seperti malam tadi, dalam persekutuan mahasiswa.

-pengendara motor berplat B-

 November 8, 2010

Oktober mencatat kisah bangsaku


Belum juga para tentara semut penuhi lumbungnya dengan bekal makanan, penghujan tiba mengusir matahari. Saat pohon tua hendak teduhkan musafir yang singgah dibawahnya, angin puting-beliung bersenjata gergaji mesin tumbangkan peradabannya. Yang setiap awal musim menanam, petani sibukkan diri tancap benih di petak sawahnya, anak buah menteri pertanian bawa tanah urugan dalam baris dumb truck pembawa tanah merah mendekati sawah. Baru saja gunung berapi masuk angin lalu muntah, anak si pengungsi lupa bawa keceriaannya yang tertinggal di laci mainannya. Ketika ramai pasar malam menggeliat, samar-samar api infrastruktur tata kota bersiap menyala disusul buldozer pembangunan apartement. Derap-derap langkah pemimpin demokrasi, tetap saja kaum marginal disunati.

Selamat tinggal oktober biru, tibalah nopember nelangsa. Desember entah dapat bertahan.

Garuda hampir punah


November 6, 2010
Search Engine Optimization