Senandung angin pagi ini begitu merdu. Sambut menyambut menghampiri lembut kulit tubuhku yang masih saja bermalas-malas. Entah malas karena apa.
Senandung angin pagi ini ramah sekali. Pelahan demi perlahan dari atas tubuhku menyusur ke bawah, berlomba mereka senggol hitam kulitku. Entah mengapa bisa menghitam kulitku
Burung berkicau, langit pagi pun memudar biru
Dewa-dewa kematian bergerilya, pasukan terang terhisap pada bulan
Satu kali mati, lalu lenyap sudah
satu kali hidup, permulaan pun mulai awal-mula
Senandung perih, tentang kulit hitam,
tapi terlupa keriput mendesak
Senandung sesal, tentang malas,
terhenyak sesal penyesalan kemudian
Burung berkicau, lalu semua lupa,
langit mendekat, biru pudar, lalu tak diingat-ingat sekali-kali
Dewa-dewa kematian, bergerilya tikam satu, lalu kedalam lebih dalam
pasukan terang terhisap tak bercahaya, bulan terang menghitam malam
dan angin bawa kicau-kicau merdu burung yang terlupa,
dan angin pada kulit hitam ramah senggol kulit hitam kelam
yang terlupa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar