Baiklah ini hanyalah sebuah tulisan yang ingin menyentil pemikiranku sendiri.
Seandainya aku menjadi tuhan
Ups,... sebelumnya yang perlu aku ketahui ttg TUHAN, tentulah DIA adalah pribadi yang pemikirannya jauh lebih cerdas, kreatif, bijaksana, dll dari semua yang ada maupun yang tak ada di atas muka bumi ini. Jadi kalaupun aku lanjutkan tulisan ini, tentulah "Seandainya aku jadi tuhan" hanyalah berdasarkan pemikiran seorang manusia yang diciptahan oleh TUHAN (yang sesungguhnya-red) yang terbatas dari pemikiran, bahkan diantara manusia yang ada di atas muka bumi ini aku bukanlah dalam kategori orang cerdas maupun jenius. Jadi ini hanyalah pemikiran seorang manusia dangkal yang berfikir seandainya "aku menjadi tuhan")
Seandainya aku menjadi tuhan
Tentulah aku akan befikir dengan sistem pemikiran yang ada dalam diriku. Sebuah sistem pemikiran yang dibentuk oleh pembelajaran di sekolah bersama berbagai disiplin ilmu yang dipelajari (entah itu ekonomi, bisnis, matematik, biologi, fisika, dll).
Jadi seandainya aku jadi tuhan, aku lebih suka memakai sistem keadilan.
Sistem keadilan???
Arti sistem keadilan yang kumaksud adalah aku akan menjadi tuhan yang akan memberi hadiah bagi mereka yang baik kepadaku, dan pintu surgaku akan kubuka bagi mereka yang mendapat peringkat teratas dalam daftar manusia yang baik kepadaku.
Manusia yang baik?
Manusia yang baik dalam pemikiran ku (sekali lagi ini hanyalah pemikiran seorang manusia sepertiku-red) adalah mereka yang suka beribadah, beramal, ber... apalah itu yang memang kita semua tahu bahwa itu memang baik untuk dilakukan seorang manusia.
INGAT: yang merupakan baik untuk dilakukan seorang manusia.
Tapi ini hanya pemikiran tentang yang baik dalam ukuran manusia.
Bagaimana kalau ternyata sistem ukuran yang dipakai TUHAN adalah sistem ukuran dalam standar TUHAN yang merupakan pribadi agung dalam pemikiranNYA yang maha bijaksana, maha pengasih, maha mengampuni, TUHAN yang dapat bersedih melihat ciptaanNYA terus bekubang dalam dosa, TUHAN yang tidak menginginkan ciptaaNYA masuk ke dalam neraka namun TUHAN yang tak bisa mengingkari eksistensi kesucianNYA dan tak bisa berkompromi dengan dosa sekecilpun, TUHAN yang selalu setia walaupun tahu manusia merupakan ciptaan yang sulit untuk setia karena dosa
Adakah Tuhan diam saja?
Ataukah memang selama ini TUHAN memang cukup diam saja, dan hanya jadi penonton dari singgasanaNYA dan menonton gerak-gerik kehidupan manusia di atas bumi tempat kita berpijak ini.
Sama seperti kita ketika menonton bioskop.
Adakah TUHAN hanya diam saja, menonton, dan minilai?
DIA hanya menilai mana manusia yang baik dan layak masuk surgaNYA. Sama seperti sistem keadilan, sistem kebaikan yang manusia terapkan, dimana sistem keadilan dan kebaikan manusia tercipta dari pemikirannya (yang tentunya tak sebanding dengan pemikiran TUHAN yang adalah SANG MAHA). Adakah kita memanusiakan TUHAN?
Atau memang TUHAN tidak diam saja?
Atau memang TUHAN yang adalah pribadi yang tidak bisa berkompromi dengan dosa, namun juga yang bersedih melihat ciptaanNYA berkubang dalam dosa, bersedia melakukan sesuatu yang diluar pemikiran manusia yang terbatas
Atau memang TUHAN bersedia untuk berkorban bagi manusiA, karena DIA adalah SANG KASIH itu sendiri, yang kasihNYA melebihi kasih yang ada di atas bumi ini tempat kita berpijak.
Atau memang TUHAN terus bekerja dan tidak diam hanya menonton dan memberi penilaian dari singgasanaNYA yang agung.
Karena seperti langit dan bumi, demikianlah jauhnya rancangan TUHAN dan manusia.
Karena manusia memandang yang kelihatan, sedangkan TUHAN melihat yang tersembunyi dalam hati.
Karena itu DIA lah TUHAN
Karena ada pengorbanan kasih dinyatakan,
karena kasih bukan tentang sistem nilai,
karena kasih bukan untuk dikatakan dan diperdengarkan,
Karena ada pengorbanan kasih dinyatakan
Demikianlah sebuah tulisan yang pada akhirnya membuatku berpikir: "bagaimana mungkin aku memanusiakan TUHAN"
Demikianlah aku yang berharap anugrah keselamatan dari TUHAN, karena tidak mungkin aku dapat dibenarkan di hadapaNYA hanya karena usahaku sendiri, ataupun buah tangan pekerjaan yang kulakukan di atas bumi ini kuberpijak.
Demikianlah sebuah tulisan yang dibuat di bulan desember ini dalam gempita menjelang tahun yang baru.
Demikianlah arti TUHAN yang terlahir di bumi, yang tertolak oleh umatNYA sendiri, dan mati di atas kayu salib demi dosaku, dan dosa semua manusia, agar tiada satupun lagi yang jatuh kedalam siksa api neraka, demikianlah TUHANku bukan hanya sebatas penonton, dan yang hanya suka memberi nilai dari singgasana agungNYA.
Demikianlah tulisan yang segera kuakhiri, tapi aku teringat hal yang juga penting tak boleh lupa untuk kucantumkan di sini yaitu bahwa: TUHAN tidak dapat dipermainkan, bagi manusia yang hanya memikirkan kemudahan dan lupa arti salib bagi dirinya sendiri.
Demikianlah sudah aku selesai menulis ini.
Seandainya kamu jadi tuhan,.... apa yang akan terjadi?
Selamat menjelang tahun yang baru
atau haruskah kuselipkan juga:
"Selamat hari raya Natal"?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar