header photo

Atas nama harga diri

Kala itu aku sedang asyiknya mnikmati berkendara roda dua di sbuah jalan protokol d Bandung.

Tibalah d satu perempatan jalan dmana ada lampu merah disana. Lampu ini berwarna merah. Ups jangan mngira, krn lampu itu berwarna merah itu menandakan sang lampu lalu lintas itu menantangku. Menantang? Yah... bukankah arti warna merah adl berani. Jadi jgn salah mengintepretasikan bhw lampu merah artinya "Berani gak loe menantang bahaya!"

Baiklah harus kuakui aku memang tak punya cukup kberanian unt merelakan nyawaku melayang hanya karena fantasi liar dari kesalahpahaman mengintepretasikan arti warna merah. Cukuplah bagiku,kuartikan lampu merah itu berarti berhenti.
Tapi ada saja pengendara kendaraan yg cukup punya nyali unt menjawab tantangan dari kesalahpahaman tetang arti dari lampu merah ini. Dengan gagahnya mereka memacu kendaraan sedemikian rupa melintasi lampu merah itu.

Woups... Akulah org yg masuk dlm kelompok 'pengendara yg sakit hati'. Bagaimana tidak? Aku yg mencoba mentaati peraturan melihat dgn mata kepala dan mata kakiku sendiri ada segelintir pengendara yg melanggar peraturan. Inilah dasar sakit hatiku ini, bahwa ada org yg tega menginjak-injak ketaatanku dlm berlalu lintas seenaknya,dan lagi ternyata tidak terjadi apa2 pd mereka,mereka tidak mengalami kecelakaan,tidak jg ditilang polisi,yg ada mereka menyakiti hatiku.

Baiklah... Apakah ini artinya aku harus mengikuti jejak mreka melanggar peraturan?

Tunggu dulu...! Pikirkan ttg harga diriku. Bagaimana kbanggaanku sbg pengendara yg taat peraturan akan tercoreng lantaran tidak mau sakit hati dgn prbuatan mreka.
Okey... Kbanggaan sbagai tamu kota Bandung yg cuma numpang lewat dan taat peraturan bisa musnah lantaran aku tak mau sakit hati. Bagaimana nanti gubernur kota Jakarta akan mendapat malu lantaran ada warga kotanya yg mlanggar peraturan di kota Bandung karena tak rela sakit hati.

Jadi lantaran harga diri ini dan harga diri kota asalku, kuurungkan niatku itu. Aku memilih untuk tetap berhenti menunggu hingga lampu hijau menyala.

Aku memilih sakit hati demi kpentingan harga diri.

Jadi dpt kusimpulkan bhw org yg siap sakit hati adalah org yg berharga diri.

Tapi sayangnya tak semua yg sepaham denganku. Mereka berpikir ketika mereka sakit hati itu adalah ancaman bagi harga dirinya.

Yang mana yang benar? Toh tetap saja aku berhenti di lampu merah itu.

Semua bebas brpendapat, tapi jangan lupa tentukan sikap. Karena tak enak cuma ikut2an.

Sbuah catatan pengendara ber-plat B.

0 komentar:

Search Engine Optimization