header photo

rehat

Aku membayangkan pesisir pantai,
lalu tsunami datang hanyut semua

lewat sudah tsunami, aku lihat karang kokoh
seketika remuk karna letusan detonator

serpihan karang berhambur, ada yang hinggap d mataku
mataku berair, kupikir mataku berair, tapi ternyata hujanlah yang t'lah tiba

kuberharap ada hangatnya surya mentari,
justu panas hatiku meluap berantakan

ku tekan tombol "PAUSE" untuk kehidupan

ah mata sejenak tertutup,
banyak momen lewat

ah mata lama tertutup,
saat terbuka hanya cermin bias dari riak airlah yang menyata

pantai indah adalah prasejarah

pantai kebebasan tinggalah kesendirian

pantai dengan ombaknya bergelombang hampiriku
mengusung sesal kepada... kepadaku

ku tekan tombol "PAUSE" untuk kehidupan



sedekat dengan kehidupan

aku pernah menghindar,
dan takut

aku pernah jumawa,
bersanding dengan kesombongan

aku pernah bahagia
dan terkadang masih

aku pernah tersenyum
'pabila ada kesempatan, tak pernah kutahan untuk itu

aku pernah menahan tangis,
dan berharap kiamat mempercepat waktu

aku pernah menyerah
kemudian ditarik maju hanya kar'na anugrah

aku pernah diberi kesempatan
dan dihantui arti kata 'sia-sia'

aku pernah berkarya,
dan terus mencoba mencipta

aku ...

lagi-lagi masih hidup,
walau layak mati,
walau layak dijauhi,
walau layak disayangi,
walau layak masuki mimpi kalian,
walau layak digurui
dan patut untuk belajar

kar'na belum juga aku mati
itulah karnanya aku hidup


Allahku...Allahku





Allahku...Allahku...
jika mulut menari, tarian nan anggun menguraikan tentang-Mu


Allahku...Allahku...
baiklah tangan mengecap, merasa betapa besar karya dalam penantian waktu Kau izinkan


Allahku...Allahku...
hidup begitu tidak bernyawa, saat lepas jiwaku menghirau denting peringatanMu


Allahku...Allahku...
tidak lebih dari yang berkekurangan, kelebihan waktu percuma begitu saja tanpa tentang-tentang-Mu


Allahku...Allahku...
padamkan segala redup keluh-keluh, agar membara kembali semangat asali mengenal-Mu


Allahku...Allahku...
perhitungkanlah kembali diriku, teringat besarnya tak berkebatasan kasih-Mu


Allahku...Allahku...





secercah redup bintang


bintang telah menghilang, bersama kedipannya yang menarik

...meredup?
"mungkin" jawabku,

...terhalang?
"bisa jadi" ketusku

di mana kau, bintangku?

bintang berpindah, bintang lari menghindar
bumi berputar, porosku pun beranjak
bintang lenyap dari letaknya
terhenyak ku di lekat malam

sesaat ku memohon, terselip buah rindu yang sejadi-jadinya

angin hitam berdatangan padaku
mempermainkan helai-helai dari rambut hitam
berbisik dalam bahasa yang tak kumengerti
siasat alam ini meluluhlantakkan semua pengertian

bila cahaya adalah sebuah harapan
masakan tak kutemukan cahaya bintangku di langit lapang sana?
bila rindu tercampur kekalutan
salahkah bila ku menghujat keberpihakan sunyi yang padaku ini?

lagi, aku berkekurangan



aku melihat untuk kesekian kali
namun kali ini untuk juga kesekian kali dari kesekian kali yang kemudian... aku kembali lagi melihat
bahwa tak ada yang memuaskan,...
...selalu ada kekurangan,
selalu ada  dan tak pernah tidak ada... kekurangan

Namun bagaimana merubah kekurangan?
pabila selalu saja yang berkelebihan menjadi ukuran
dan tak akan cukup waktu tersedia... 
karena ujung dari berkelebihan selalu saja diamini dengan berkekurangan

jadi pabila... mungkin kekurangan adalah poros
dan berkelebihan adalah trasnformasi belaka dari berkekurangan
maka cukupkanlah aku dengan berkekurangan
dan ku pun 'kan berkelebihan dari pola pikir yang bertentangan

'kan ku tentang aku yang berkekurangan
kar'na pun demikian aku berkelebihan
Search Engine Optimization