Akhirnya dia menghilang, setelah sepekan aku berfikir dia akan ada selamanya di sini. Di sisiku.
"Bahkan dia tak sempat ucapkan salam pisah bagiku, atau setidaknya tinggalkan surat teruntukku",gumamku saat aku masuki kamarnya. Memang akulah seorang manusia yang dipercayainya untuk memegang kunci serep kamar kost-nya. Dan dari sinilah aku bermula menyadari kebenaran dari berita miring tentang hilangnya dia dari peredaran Jakarta. Tapi sungguh aku tak mengharapkan aku benar-benar menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri tentang hilangnya dia. Dan dengan kamar kosong yang seperti ini..., tak terbantahkan lagi bahwa benar adanya dia telah hilang.
"Aku hanya berfikir untuk menghilang dari Jakarta. Sungguh aku tak bisa menaklukkan kota ini, meraih anganku yang semula, tentang kesempurnaan masa depan yang dapat kucapai di kota ini" Flash back dari percakapan terakhir yang kami lakukan tercipta begitu jelas dalam dimensi ruang nyata kamar ini.