Kecepatan roda depan bis semakin meninggi. Tak peduli harga BBM baru saja naik lagi, tetap saja itu roda makin cepat berlari. Penumpang di dalam bis pada diam mematung diri, tak percaya apa yang sedang terjadi, bahkan bulu kuduk jadi pada berdiri menari. Supir itu bis bagai hilang mawas diri, tak peduli dia tak seorang diri.
"Pak...kiri...kiri...kiriiii....!!!" secara berganti penumpang buka gigi, berharap bis berhenti.
Alih-alih bis berhenti, malah itu roda bis makin cepat saja menuju hara-kiri. Tidak belok ke kiri, eng..ing...eng... ada motor yang terobos lampu merah pun ditabraki. Langsung mati...!!! ditabrak bis yang tak kenal berhenti. Tentu saja itu bis melarikan diri, walau arwah pengendara motor yang baru mati tadi coba kejar bis yang gak kenal berhenti. Pergi...pergi... arwah pengendara motor mati tadi seketika terangkat pergi, hilang dari bumi. Pasti nanti keluarga itu pengendara motor yang mati tadi akan datang menyambangi, ambil itu mayat mati untuk dikubur nanti. Bisa jadi malah dikremasi, karena tiada lahan kubur tersisa lagi.
Dengan pasti, bagai kencing sambil berdiri, jua laju bis makin meninggi. Supir itu bis bagai hilang mawas diri, jangan-jangan dia bermimpi. Mimpi mengendara motor Ducati, atau mimpi jadi Valentino Rossi. Tapi itu supir tak naik motor Ducati, jua bukan seorang Valentino Rossi. Itu supir lupa diri, dia cuma kendara itu bis yang gak bisa belok kiri. Pantas saja penumpang bis ini, yang bilang dengan buka gigi ""Pak...kiri...kiri...kiriiii....!!!" tak dihiraui. Ada penumpang yang berserah diri, sudah diap-siap mati. Pun ada yang beneran mati, kena serangan jantung komplikasi sakit hati.
Tapi, ...tepi...eh tapi...!!! Tiba-tiba bis berhenti. Itu mesin bis mati sendiri.
Kenapa ini???
Untung harga BBM meninggi, itu bis habis bensin sendiri. Sayang bagi supir yang telah hilang mawas diri, akhirnya dia sesal sendiri. Penumpang bis jadi tercengang sendiri, sambil bulu kuduk jadi turun kembali. Seperti hidup lagi, penumpang itu bis berhamburan lari.
"BAGAI HIDUP KEDUA KALIi" jerit salah satu penumpang sambil terus berlari, tak sesekali menoleh lagi.
Sayang sekali. Usaha hara-kiri itu supir bis gagal kembali, karena ini bukan usaha dia pertama kali. Tapi kali ini, tingginya harga BBM yang jadi biang keladi gagalnya usaha hara-kiri. Padahal niat itu supir bis tadi pingin mati karena tak sanggup lagi beli BBM yang semakin melonjak tinggi tak tergapai lagi.
"Ah,... Hilang sudah harga diri...!!!" keluh itu supir dalam hati. "Mati untuk sekali kok susah sekali?"
Itu supir benar-benar tak percaya apa yang terjadi.
2 komentar:
wew,,jadi penulis berirama bro? udah kayak si sepatu coklat ajj :)
lagi niat sajah may
Posting Komentar