Sedari tadi aku sudah mendengar suara ketukan itu pintu, namun kaki ini terasa berat. Aku tahu Siapa yang mengetuk itu pintu. Bau harum semerbak sudah tercium sampai ke dalam. Dan bukankah Dia sudah buat janji untuk datang ke rumahku ini hari? Dan seperti waktu yang sudah direncanakan, Dia datang tepat waktu. Ya... siapa lagi, kalau bukan TUHAN yang berada di balik itu pintu dan mengetuknya sedari tadi.
Walau berat, mungkin karena malas, aku paksa juga ini kaki melangkah mendekati itu pintu. Kubuka dan segera kudapati TUHAN ada di sana. "Tuhan seandainya Engkau mau, tentulah Kau bisa menerobos ini pintu.Untuk apa kau mengetuk begitu lama agar aku membuka ini pintu?"
Sehari kemudian, di jam yang sama, itu pintu kembali diketuk. Kali ini aku tidak tahu siapa yang datang. Tidak ada bau harum semerbak yang tercium sampai ke dalam seperti kala TUHAN berkunjung kemarin. Lagi pula Dia tidak buat janji untuk datang di dari ini. Langkah kakiku ringan mendekati itu pintu, dan kubuka. Kakek tua ternyata datang, terlihat malang, compang bajunya, dan terlebih dari itu semua, bau tak sedap keluar dari dirinya. Itu pintu kupersempit, karena sebelumnya kubuka dengan begitu lebar. Jemariku kubuka semua dan kuarahkan sejajar dengan kepala kakek tua itu, sebagai tanda penolakanku. "Maaf kek, di sini tidak memberi sumbangan. Lebih baik kakek pergi saja dari sini, karena tak akan kakek dapatkan apa yang umumnya orang-orang miskin minta dariku. Dan satu lagi..., tanpa mengurangi rasa hormatku pada yang lebih tua, lebih baik kakek tidak datang ke sini lagi. Sekalipun kakek punya kekuatan ajaib, dapat menerobos ini pintu, yakinlah dengan segera kakek akan kuletakkan keluar lagi dari rumah ini secepat kakek dapat menerobosnya."
Seminggu kemudian, bau harum TUHAN kembali tercium bahkan sebelum itu pintu diketuk. Memang sehari sebelumnya TUHAN telah buat janji untuk datang kembali ke rumahku. Kupikir kali ini TUHAN mengindahkan permintaanku untuk tidak mengetuk pintu dan langsung menerobos masuk ke dalam rumah. Tapi dugaan ku meleset, TUHAN kembali mengetuk itu pintu. Langkah kaki terasa jadi berat, dengan paksa kumendekati juga itu pintu. "Ah TUHAN..., mengapa kau menyusahkan diri-Mu sendiri? Teroboslah itu pintu. Mengapa Engkau mengetuk?" kataku sebelum hendak membuka itu pintu. Tangan ku sudah menggenggam daun pintu, lalu kuputar, dan dalam satu tarikan seharusnya itu pintu dapat terbuka. Tapi ternyata pintu tak dapat terbuka. Daun pintu kuputar, dan itu berhasil. Tapi saat kutarik, bahkan dengan segenap tenaga dan dengan menggunakan kedua tanganku sekalipun itu pintu tak dapat terbuka. Lama waktu kuhabiskan untuk mencoba membuka itu pintu, dan lama akhirnya berakhir juga.... saat bau harum TUHAN menghilang dari penciuman ku. Lenganku lemas, aku terdiam mematung. Pradugaku tentang TUHAN yang pergi dari rumahku ternyata benar adanya, saat dengan mudahnya itu pintu terbuka, dan itu terjadi saat bau harum TUHAN menghilang dari penciumanku.
Jikalau pintu tertutup kau minta untuk diterobos, lalu mengapa pintu terbuka kau minta untuk tidak diterobos?
2 komentar:
karena pintu terbuka tidak untuk diterobos
hehehhee... iya juga yah :)
Posting Komentar