header photo

Bahkan seorang pemenang pun dapat dilampaui (Lebih Dari Seorang Pemenang)

Alkisah di sebuah negeri -entah di mana- pada suatu waktu tertentu -entah kapan- hiduplah seorang pelari. Bukan seorang pelari gadungan, yang cuma bisa berlari untuk menghindari sesuatu -ataupun pelari yang berlari dari sebuah masalah-, tapi dia adalah seorang atlet lari. Cukup terkenal dia di negeri itu -pada masa itu juga tentunya.

Masa mudanya selalu dikelilingi kemenangan demi kemenangan di setiap akhir kompetisi lari  yang diikutinya. Bukan sebatas hanya karena kecepatan yang dimilikinya, tapi juga karena ketekunan dia berlatih sebelum dan bahkan setelah keluar sebagai seorang pemenang di suatu kompetisi yang dia ikuti.

Masa tuaanya juga tak bisa dihindari dari berbagai kemenangan sama persis seperti masa mudanya. Bukan karena batas kecepatan yang ternyata tak pernah usang dimakan usia ataupun tak pernah berhentinya dia memompa dirinya sendiri untuk terus berlatih -makin giat dan tak pernah tak giat-, tapi juga karena satu alasan penting yang masih terus dia simpan dalam benaknya.

Tibalah dia di masa penghujung karir larinya sebagai seorang lari, kecepatan larinya tak berkurang walau sudah uzur umurnya. Tapi di kompetisi kali ini, dia tak lagi keluar sebagai seorang pemenang.

Mungkin inilah saatnya bagi seorang pemenang turun tahta. Ataukah dia sudah melebihi pencapaian dari seorang pemenang. Dari seorang "Pemenang" menjadi 'Lebih Dari Seorang Pemenang'"?

"Bagaimana rasanya saat Anda mengetahui ternyata ada seorang yang melebihi Anda dalam hal kecepatan pada kompetisi  kali ini"  tanya seorang wartawan yang tak sabar mengetahui respon kekalahan yang dialami oleh si langganan juara.

"Pada masa mudaku aku adalah seorang pemenang, dalam berbagai kompetisi yang kuikuti. Pada masa tua ku pun kecepatan lariku tak berkurang layaknya masa mudaku. Aku terus melatih diriku begitu keras, berbagai gelar kuraih sebagai hadiah dari kerja kerasku dalam berlatih. Tapi aku kini tak lagi keluar sebagai seorang pemenang dalam lomba kali ini. Kini aku menjadi seorang yang 'Lebih Dari Seorang Pemenang'" jawabnya sambil menyeka kerringat yang masih mengucur dari ujung rambutnya.

"Lebih Dari Seorang Pemenang?.... Bahkan anda telah kalah dalam lomba lari kali ini" wartawan keheranan.

"Seorang 'Pemenang' meninggalkan lawan-lawannya di belakangnya dan menjadikan mereka menjadi seorang pecundang akibat kekalahan yang mereka alami. Aku berlari sedemian rupa di lomba kali ini, tanpa mengurangi sedikirpun kecepatan lariku agar tak dapat di dahului oleh seorang pecundang. Tapi aku merelakan diriku dilewati oleh seorang 'Pemenang'-yang memiliki kecepatan lebih dari yang kumiliki. Demikianlah aku mentahbiskan diriku sebagai seorang yang 'Lebih Dari Pemenang'. Karena  segala usaha berlatihku selama ini  kucurahkan agar suatu saat nanti ada orang yang dapat melampauiku. Aku tak mengizinkan seorang pecundang melampauiku dalm lomba lari, tapi seorang 'Pemenang'lah yang nantinya kuharapkan dapat melampauiku. Dan demikianlah usahaku selama ini kulakukan untuk menciptakan seorang 'Pemenang'. Seorang 'Pemenang' akan berusaha terus-menerus, memompa dirinya untuk dapat melampauiku dalam suatu perlombaan, dan jikalau dia dapat melampauiku maka dia benar akan menjadi 'Pemenang'. Dan aku yang terus berlatih keras selama ini -juga berbagai kemenangan yang kuraih dalam setiap kompetisi- hanyalah sebuah alat yang nantinya dipakai untuk menciptakan seorang 'Pemenang'. Dan itulah fungsiku selama ini. Aku  rindu akan lahirnya seorang 'Pemenang' yang dapat melampauiku. Demikianlah dia yang telah mendahuluiku pada kompetisi kali  ini. Tentulah dia begitu terpacu untuk melampauiku, dan mengusahakan dirinya untuk berlatih sedemikian keras untuk mencapai tingkat kecepatan yang cukup untuk mendahuluiku dalam kompetisi. Kini telah lahirlah seorang Pemenang, dan aku telah berhasil menciptakan seorang Pemenang. Kini aku telah 'Lebih Dari Seorang Pemenang'"

Lalu berlalulah seorang yang "Lebih Dari Seorang Pemenang" memberi selamat atas kemenangan seorang "Pemenang".


Fiksi dalam Bising Kepalaku
Catatanku yang terlihat naif di mata zaman ini

veSTer CobaiN,
Sehabis Kena Tilang Polisi di Perempatan Palmerah, Jakarta Barat

0 komentar:

Search Engine Optimization