header photo

Jejek-jejak Gelap (... dan fungsi)

Previous Chapter: Jejak-jejak Gelap (Intro)



Suara itu kembali datang di malam ini. Memecah sunyi dalam gelap kamarmu. Tak kutahu siapa nama gerangan suara itu. Kunamakan saja suara itu Suara Gelap.

"Hai sobat" Suara Gelaplah yang pertama berkata.

"Kau datang" terka ku pada Suara Gelap.

"Ya ini aku. Dalam gelap kamarku, inilah aku yang bersuara" jelas Suara Gelap.

"Adakah wujudmu adalah abstraknya tak bersosok?" tanyaku.

"Tapi aku ada dalam sesuatu yang disukai telingamu. Akulah suara, yang karena adanya suara telingamu jadi memiliki fungsi. Mendengar" terang Suara Gelap.

"Jika saja suara bukanlah sesuatu yang disukai telinga, adakah suara itu berguna lagi keberadaannya?" tanyaku lagi

"Apa mungkin telinga lepas dari kepalamu? Hanya karena dia --telinga-- tak sudi lagi mengakui eksistensinya sebagai alat pendengaran bagi kepalamu?" pertanyaan yang diperdengarkan Suara Gelap padaku, respon pertanyaanku sebelumnya.

"Seandainya saja ada sesuatu keadaan yang memaksa, dan sangat memaksa, seperti benda tajam yang melepaskan telinga dari kepalaku... tentu saja telingaku akan berlalu daripada kepalaku" singkatku.

"Tapi suara bukanlah benda tajam. Suara tak mampu memaksa, ataupun sangat memaksa, juga tak bisa mengancam eksistensi telinga dari kepalamu bukan?"

"Tapi ada suara yang terasa begitu menyakitkan jika saja memang sang suara berkehendak" aku membela diri

"Ya, menyakitkan. Tapi tak membuat lepas telinga bukan?"

"Tentu saja, tapi terasa sakit" lagi aku membela diri

"Sesakit apapun juga telinga tetap pada tempatnya. Terlalu tegar keberadaan telinga pada kepalamu. Hingga-hingga tak bisa telinga enggan menetap di kepalamu"

"Tapi..."

"Tidak ada tetapi! Ataupun pembelaan dalam bentuk ataupun tak berbentuk, apa yang terjadi, seberapa menyakitkan, seberapa suara yang terdengar di telinga begitu memaksa sekalipun, tak sanggup melepaskan telinga dari kepalamu!" Suara Gelap memotong laju bicaraku

"Jadi..." aku coba membantah sebelum akhirnya lagi Suara Gelap memotong paksa kata-kataku.

"Tetaplah mendengar, seperti adanya telinga di kepalamu. Apapun yang terjadi, sebuah fungsi tak akan dapat dilepaskan lantaran adanya keadaan yang tak enak, menekan, tak nyaman, menyakinkan, ataupun mendesak. Fungsi-lah yang tetap. Seandainya kau sadari itu" Suara Gelap mengguruiku.

"Telinga dan fungsi-nya" aku mencoba merangkum

"Lebih dari telinga tadi sebagai analoginya . Kau dan fungsi-mu." Suara Gelap melangkah lebih dalam.

"Aku dan fungsi-ku." tak banyak lagi aku berkata. Aku mengerti inti dari kesemuanya tadi.

Aku dalam gelap kamarku. Berharap cepat datang pagi. Karena ketetapanku dari apa yang telah diperdengarkan Suara Gelap padaku. Hendak kulewati waktu, bergegas menyambut pagi. Karena dalam tibanya pagi dan berjalannya hari, hendak aku menjadi aku dan fungsi-ku.

...........

Malam dan fungsinya. ZZzZzZZZzZzZz..z.z....Z.Z.Z.Z..z..zz.z.z.z..z.

June 3, 2011

0 komentar:

Search Engine Optimization