header photo

G.O.N.E,


Akhirnya dia menghilang, setelah sepekan aku berfikir dia akan ada selamanya di sini. Di sisiku.

"Bahkan dia tak sempat ucapkan salam pisah bagiku, atau setidaknya tinggalkan surat teruntukku",gumamku saat aku masuki kamarnya. Memang akulah seorang manusia yang dipercayainya untuk memegang kunci serep kamar kost-nya. Dan dari sinilah aku bermula menyadari kebenaran dari berita miring tentang hilangnya dia dari peredaran Jakarta. Tapi sungguh aku tak mengharapkan aku benar-benar menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri tentang hilangnya dia. Dan dengan kamar kosong yang seperti ini..., tak terbantahkan lagi bahwa benar adanya dia telah hilang.

"Aku hanya berfikir untuk menghilang dari Jakarta. Sungguh aku tak bisa menaklukkan kota ini, meraih anganku yang semula, tentang kesempurnaan masa depan yang dapat kucapai di kota ini"  Flash back dari percakapan terakhir yang kami lakukan tercipta begitu jelas dalam dimensi ruang nyata kamar ini.

Aku merebahkan diriku di atas kasur yang sederhana, sesederhana definisi sederhana itu sendiri. Hanya kasur yang tepat berada di atas lantai semata -tanpa dipan. Dan melanjutkan tayangan flash back yang tercipta dalam ruang ini. Dan jelas mengapa flash back ini benar-benar terasa nyata. Karena pembicaraan terakhir yang kami lakukan ada di kamar ini.

"Sepertinya aku mencium aroma menyerah dari kata-katamu itu kawan" balasku.

"Terserah apa yang mau kau katakan tentangku. Tapi sungguh ini cuma kesia-siaan semata. Bejuang seorang diri, saat di mana semua orang berfikir untuk menumpuk dirinya semakin gemuk dengan keserakahan, sedang aku semakin mengkerut dalam perjuangan melawan godaan untuk menggemukkan diri seperti orang kebanyakan itu"

"Kau punya kapasitas untuk itu, dan kau sudah memulainya. Mengapa pula kau mengakhiri langkah tegapmu ini, sedang jalan di depan masih terlampau panjang untuk kau akhiri sekarang?" tanyaku

"Aku lelah, dan aku tak ingin menjadi bulan-bulanan mereka. Mereka menudingku sebagai sesosok agamis. Terlalu saklek dengan arti taat kepada TUHAN. Sedangkan hidup itu diperlukan keseimbangan, toleransi, dan kompromi. Ah seandainya saja mereka membuka mata mereka sejelas-jelasnya"

"Kalau begitu keberadaanmulah buat mereka membuka mata mereka"

"Tidak, kawan, aku hanya ingin menutup mataku dan tak kan kubuka lagi"

Dan demikianlah adanya dia menghilang, entah apa benar ini yang dimaksudnya dengan: "...menutup mataku dan tak kan kubuka lagi". Aku tidak tahu. Tapi kehilangan dirinya, jelas membuka mataku seterbukanya arti terbuka itu sendiri. Berharap tidak ada momen yang terlewat seandainya saja aku menutup mata, atau saat mengedipkan mata sejenak. Dan jelas aku sungguh tak ingin menjadi buta. Berharap menemukan dia lagi suatu hari nanti.

Lalu aku keluar dari kamar kost-nya, tanpa kututup pintu, kuberlalu begitu saja. Agar suatu hari nanti dia mengetahui aku pernah berada di kost-nya selagi dia menghilang.

Apa mungkin dia kembali?

0 komentar:

Search Engine Optimization