Entah karena angin apa (mungkin karena masuk angin ^^), seorang Raja di sebuah negeri, Negeri Gorengan, melakukan perjalanan dengan anaknya, Sang Putra Mahkota. Unt menyamarkan diri, demi menghindari ekspose dari media massa, Raja dan juga Sang Putra Mahkota tidak mengenakan pakaian kerajaan. Mereka hanya mengenakan pakaian layaknya bangsawan biasa. Sebetulnya raja ingin menggunakan pakaian rakyat jelata, tapi apa daya, di istana tidak tersaji pakaian seperti itu. Semenjak Raja naik tahta, perekonomian di Negeri Gorengan berkembang pesat, terutama di sektor ekspor goreng-gorengan (cont: tempe goreng, tahu goreng, risoles, ubi goreng dkk).
Dalam perjalanan, Raja membawa serta berbagai macam makanan. Ada es krim, ada cokelat, ada permen, ada berbagai macam makanan (sangat) ringan, dan tak lupa juga sejumlah gorengan.
"Ayah, mengapa kita membawa banyak makanan seperti ini?" tanya Sang Putra Mahkota.
Raja tak menjawab. Diam. Sedikit tersenyum. Lalu memulai perjalanan.
Tiba mereka di sebuah desa. Di pintu desa itu banyak anak kecil sedang bermain, berlari-lari dgn langkah ringan... Dan ada juga yg sedang menangis lantaran kalah dalam permainan yg sdang dia mainkan.
Raja menghentikan perjalanan. "Kita telah tiba di tujuan" ucap sang raja.
Sang Putra Mahkota menurunkan bahan makanan yg dipikulnya. Masih dalam kebingungan, tapi Sang Putra Mahkota nurut saja.
"Bagikan makanan itu kepada kepada mereka" Raja menunjuk kepada kumpulan anak di pintu desa.
Sang Putra Mahkota melakukan sesuai dengan petunjuk Raja.
Melihat makanan yang begitu berlimpah, tanpa diminta anak-anak langsung menyerbu Sang Putra Mahkota. Jari-jemari mungil anak-anak dengan lincah, dan dalam sekejab, mengambil makanan sampai tak ada yang tersisa. Dalam beberapa jenak, makanan itu telah bertahta di perut masing-masing anak. Kalaupun ada sisa makanan, hanyalah coklat yg membekas di tangan dan jemari mungil anak-anak. Ada juga sambel dari gorengan yg terselip di antara jari jempol dan telunjuk, luput dari jilatan lidah mereka. Ada tanda-tanda es krim di pakaian anak-anak yg secara tak mereka sadari tercecer.
Setelah anak-anak itu puas berkubang dengan makanan mereka, Raja mendekati kumpulan anak tersebut. Dan menyalami mereka satu persatu.
Sang Putra Raja kali ini tak ikut menyalami. Ada rasa jijik dengan tangan mungil anak-anak yg penuh dengan sisa makanan. Belum lagi ada juga anak yg memiliki kutil di jemari mereka, bekas luka yg mengering (koreng) juga menjadi asesoris jemari mungil anak-anak.
Melihat Sang Putra Mahkota, mulailah Raja menggerakkan lidahnya, hendak memberi pelajaran kepada Sang Putra Mahkota.
"Saat kau melihat tangan-tangan mungil ini, mungkin kau merasa jijik dengan kotoran, bahkan luka, yang menempel di jari-jari mereka. Tapi tangan-tangan mungil ini adalah tangan masa depan. Tangan yg penuh dengan bekas makanan ini disuatu hari akan menjadi tangan yang membangun bangsa atau tangan yg menghancurkan; tangan yang akan membelai dengan kasih atau tangan yang menampar tanpa belas kasih; tangan yang akan memberikan perlindungan kepada si lemah atau justru tangan yang mengacungkan pedang kpd si lemah; tangan yang mencuri uang negara atau tangan yang teguh menolak segala bentuk kecurangan. Tangan anak-anak, dengan jemari berkutil, inilah terdapat harapan akan masa depan yang lebih baik bagi kerajaan kita. Dan masa depan kerajaan ini ada di balik jemari yang memiki koreng ini." Raja terdian sesaat.
"Dan yang dibutuhkan tangan ini adalah sebuah sentuhan penghargaan. Ajari mereka, pengaruhi jemari mungil mereka dengan pengetahuan dan kasih"
Dan itulah perjalananan terakhir yang dilakukan Raja bersama Sang Putra Mahkota, seminggu sebelum Sang Putra Mahkota naik tahta. Menjadi Raja di Negeri Gorengan menggantikan ayahnya.
Dalam perjalanan, Raja membawa serta berbagai macam makanan. Ada es krim, ada cokelat, ada permen, ada berbagai macam makanan (sangat) ringan, dan tak lupa juga sejumlah gorengan.
"Ayah, mengapa kita membawa banyak makanan seperti ini?" tanya Sang Putra Mahkota.
Raja tak menjawab. Diam. Sedikit tersenyum. Lalu memulai perjalanan.
Tiba mereka di sebuah desa. Di pintu desa itu banyak anak kecil sedang bermain, berlari-lari dgn langkah ringan... Dan ada juga yg sedang menangis lantaran kalah dalam permainan yg sdang dia mainkan.
Raja menghentikan perjalanan. "Kita telah tiba di tujuan" ucap sang raja.
Sang Putra Mahkota menurunkan bahan makanan yg dipikulnya. Masih dalam kebingungan, tapi Sang Putra Mahkota nurut saja.
"Bagikan makanan itu kepada kepada mereka" Raja menunjuk kepada kumpulan anak di pintu desa.
Sang Putra Mahkota melakukan sesuai dengan petunjuk Raja.
Melihat makanan yang begitu berlimpah, tanpa diminta anak-anak langsung menyerbu Sang Putra Mahkota. Jari-jemari mungil anak-anak dengan lincah, dan dalam sekejab, mengambil makanan sampai tak ada yang tersisa. Dalam beberapa jenak, makanan itu telah bertahta di perut masing-masing anak. Kalaupun ada sisa makanan, hanyalah coklat yg membekas di tangan dan jemari mungil anak-anak. Ada juga sambel dari gorengan yg terselip di antara jari jempol dan telunjuk, luput dari jilatan lidah mereka. Ada tanda-tanda es krim di pakaian anak-anak yg secara tak mereka sadari tercecer.
Setelah anak-anak itu puas berkubang dengan makanan mereka, Raja mendekati kumpulan anak tersebut. Dan menyalami mereka satu persatu.
Sang Putra Raja kali ini tak ikut menyalami. Ada rasa jijik dengan tangan mungil anak-anak yg penuh dengan sisa makanan. Belum lagi ada juga anak yg memiliki kutil di jemari mereka, bekas luka yg mengering (koreng) juga menjadi asesoris jemari mungil anak-anak.
Melihat Sang Putra Mahkota, mulailah Raja menggerakkan lidahnya, hendak memberi pelajaran kepada Sang Putra Mahkota.
"Saat kau melihat tangan-tangan mungil ini, mungkin kau merasa jijik dengan kotoran, bahkan luka, yang menempel di jari-jari mereka. Tapi tangan-tangan mungil ini adalah tangan masa depan. Tangan yg penuh dengan bekas makanan ini disuatu hari akan menjadi tangan yang membangun bangsa atau tangan yg menghancurkan; tangan yang akan membelai dengan kasih atau tangan yang menampar tanpa belas kasih; tangan yang akan memberikan perlindungan kepada si lemah atau justru tangan yang mengacungkan pedang kpd si lemah; tangan yang mencuri uang negara atau tangan yang teguh menolak segala bentuk kecurangan. Tangan anak-anak, dengan jemari berkutil, inilah terdapat harapan akan masa depan yang lebih baik bagi kerajaan kita. Dan masa depan kerajaan ini ada di balik jemari yang memiki koreng ini." Raja terdian sesaat.
"Dan yang dibutuhkan tangan ini adalah sebuah sentuhan penghargaan. Ajari mereka, pengaruhi jemari mungil mereka dengan pengetahuan dan kasih"
Dan itulah perjalananan terakhir yang dilakukan Raja bersama Sang Putra Mahkota, seminggu sebelum Sang Putra Mahkota naik tahta. Menjadi Raja di Negeri Gorengan menggantikan ayahnya.
Nalela, 4 Juni 2010
0 komentar:
Posting Komentar