header photo

Antologi Pantai: 3. menerkam pantai

Sebuah lanjutan dari kembali ke pantai

tak cukupkah ku berkata-kata?
tak bisakah kau berhenti
Hey...! dengarkan aku ombak yang menerjang karang

dari atas karang itu kini ku berlari
bersama amarah tak tertahankan lagi
ku tak peduli kemalangan yang membuntuti ku
dari atas karang itu...
ku menerkam ombak yang tak bertelinga

walau ku tergulung dalam gelombang
terbawa, dan menggulung-gulung dibuatnya
ombak itu tiada mengerti
arti amarahku yang ku genggam ini

sudahlah cukup
untukmu, hai ombak yang tak bertelinga
yang tak cukup dengan ku berkata
yang tak kuasa ku hentikan laju gelombangmu

ku arahkan amarahku ke tengah laut
teringat semua yang karam di dalamnya
ku kayuh langkah kaki tanganku mengayuh diri
menuju ketenangan tengah laut penuh tipu daya

saat ku berada di tengah tipu daya tengah laut
ku terjang dalam amarahku tak tertahankan
menukik tajam langsung ke dalam dasarnya
hingga tiada nafas tersisa yang ku punya

lihatlah...!
aku ternyata tak lebih baik dari semua yang karam di dasarnya
walau diliputi amarah tak tertahankan
ku hembuskan sisa napas yang ku punya
di dalam tipu daya pesona tenangnya tengah laut

tak lebih tegar ku bertahan
layaknya karang yang diterjang ombak di sisi pantai

lihatlah...!

semua amarah tak tertahankan
kini sia-sia

The end

Bookmark and Share

2 komentar:

nagagembel mengatakan...

wow..sedang marahkah dirimu?

Vester Cobain mengatakan...

songon i ma lae

Search Engine Optimization