header photo

cATAtan SakU VesteR: candu itu beRnama "terima kasih"

Senang rasanya berinteraksi dengan anak-anak.
Dan memori aktifitas yang satu ini benar-benar tidak bisa lepas dari otak kecilku ini.
Sekali lagi anak kecil mengajariku.

Kala itu aku sedang terlibat dalam suatu kegiatan yang melibatkan anak-anak sebagai pesertanya. Aktifitas ini cukup melelahkan bagi kami para panitia. Yah... mengurus anak-anak bermain sungguh menguras tenaga memang benar adanya.

Di penghujung rangkaian acara ini, kami bersiap untuk pulang. Tapi satu hal yang tak boleh dibiarkan begitu saja sebelum meninggalkan lokasi yaitu sampah yang bertebaran di mana-mana lantaran tangan-tangan jahil anak-anak yang membuang sampah sembarangan.

Operasi semut pun dikumandangkan. Setiap anak-anak kami instruksikan untuk memungut sampah yang bertebaran di sekeliling mereka. Sebagai pembina, kami hanya bertugas mengawasi jalannya operasi semut ini. Masing-masing kami memegang trash bag sebagai tempat penampungan sampah yang dikumpulkan anak-anak.

Dengan segala keengganan, anak-anak kemudian melaksanakan instruksi kami. Dasar memang anak-anak, saat bermain antusias mereka begitu meledak-ledak, tapi saat mereka menjalankan operasi semut mereka melakukannya dengan wajah yang memble.

Aku memegang salah satu trash bag. Entah jin apa yang menghinggapiku, aku tersenyum seraya mengucapkan terima kasih setiap ada anak yang memasukkan sampah kedalam trash bag yang kupegang, .

Tibalah seorang anak yang masih berumur 4 tahun. Sebenarnya untuk balita (anak dibawah lima tahun) kami bebas tugaskan untuk menjalankan operasi semut ini. Anak balita kami izinkan tetap berada di pangkuan orangtua mereka masing-masing. Entah apa yang membuat anak berumur 4 tahun ini ikut ambil bagian dalam operasi semut ini.

"Terima kasih dek" ucapku kepadanya saat dia memasukkan bungkus minuman ke dalam trash bag yang ku pegang.

Anak berumur 4 tahun ini pun segera kembali menuju tempat duduk ibunya. Dan pandanganku kuarahkan kepada anak-anak lain, yang sedang sewot mengumpulkan sampah lalu memasukkan ke dalam trash bag, tanpa mempedulikan si anak umur 4 tahun tadi.

Anak berumur 4 tahun ini kembali mendekatiku dengan membawa bungkus roti di tangan nya lalu memasukkan kembali ke dalam trash bag yang kupegang. "Terima kasih dek" kata ini kembali teruucap sebagai imbalan dari insiatif anak ini. Lalu anak kecil ini kembali menjauh dariku menuju tempat orang tuanya. Pandanganku tetap saja tidak mengikuti aktifitas selanjutnya dari si anak kecil baik hati ini.

Tak lama berselang, anak kecil ini kembali lagi dengan membawa sejumlah sampah. Kini aku keheranan dengan tindak tanduk si anak yang satu ini. "Terima kasih dek" ucapku lagi saat dia memasukkan sampah ke dalam trash bag. Saat anak kecil ini menjauh, pandanganku terus saja mengintai setiap pergerakan si anak tersebut.

Kuperhatikan, dia begitu asiknya mencari sampah-sampah yang dapat dilihat oleh kedua mata kecilnya itu. Pandanganku begitu cekatannya mendapati bahwa para orangtua, yang sedari tadi hanya duduk manis ditempatnya masing-masing, tergerak membantu si anak tersebut mengambil sampah. Sampah yang telah dipungut para orangtua diserahkan kepada si anak kecil ini, dan si anak kecil ini melanjutkan dengan memberikan sampah kepada trash bag yang kupegang. Dan saat kuucapkan kata terimakasih padanya, kuperhatikan timbul senyum kebahagiaan di raut wajah anak kecil ini.

Anak kecil seperti tidak mengenal lelah dalam beroperasi semut. Demi menghargai tindakan mulianya, aku mengikuti si anak ini kemanapun kakinya melangkah. Dengan mudah dia dapat memasukkan sampah kedalam trash bag berjalan yang mengikuti dia dari belakang. Setiap sampah yang masuk selalu teriring ucapan terimakasih dariku. Anak kecil ini menunjukkan rupa kebanggaan dalam dirinya. Para orangtua ,yang juga ikut memperhatikan tingkah si anak ini, semakin gencar memberikan bantuan dalam memungut sampah.

Sesungguhnya aku tak tahu, apakah ini karena tampangku yang memang begitu gantengnya saat memegang trash bag --mungkin perlu kupertimbangkan diriku menjadi seorang pemulung kelak--, atau tingkah anak ini didorong rasa kebanggaan karena merasa dihargai lantaran ucapan terima kasih yang ku ucapkan padanya, atau tingkah anak ini cuma karena si anak bosan hanya melihat tanpa ikut mengambil tindakan bersama anak-anak yang lebih berumur dari padanya, atau anak ini memang begitu peduli lingkungan dan mengerti ancaman dari global warming, atau anak ini merasa bersalah karena dirinyalah yang paling banyak membuang sampah sembarangan sebelumnya?

Sungguh aku tidak tahu, dan tidak mengerti. Aku hanya mengikuti langkah anak kecil ini dari belakang dan terus saja tanpa jemu mengucapkan terima kasih padanya setiap kali dia memasukkan sampah ke dalam trash bag.

Sekali lagi anak kecil mengajariku.

0 komentar:

Search Engine Optimization