header photo

cATAtan SakU VesteR: daRi balik matA VrincE

Vrince
Aku sangat suka mengikuti gerak dan tingkah kakakku. Walau terkadang, otak kecilkku tak sanggup mengkaji apa yang sedang dilakukan kakakku, yang berusia 2 tahun di atasku. Tapi aku tidak perlu mengerti, keingintahuaanku membawa setiap gelagatku untuk selalu berada di dekat kakakku.

Aku hanya dua bersaudara. Dua tahun yang lalu, saat memulai kehidupan, mamaku memperkenalkan sebuah kata "Kakak" kepadaku. Dua tahun berselang, ternyata banyak sekali kata itu harus ku sematkan kepada manusia yang lain. Aku tak tahu, sejauh ini otak kecilku belum cukup mampu mengkaji arti panggilan itu. Sejauh ini, wanita di depanku yang bernama Sally inilah yang paling sering kusebut sebagai kakak. Hidup bersamanya, bermain bersamanya, walau tetap saja setiap permainan bersama dirinya belum bisa ku kaji sepenuhya. KEINGINTAHUAN..., hanya itu yang membuatku bermain bersamanya, terkadang tertawa, dan sering ku menangis karenanya.

Hari ini, seperti biasa, aku menguntit dari belakang. Kakakku sedang bermain dengan teman-temannya. Di dalam kumpulaan teman-temannya, kakakkulah yang paling kecil, apalagi jika dibandingkan sesosok lelaki berbadan tinggi yang ada di dalam kumpulan ini. Nampakknya lelaki ini adalah pemimpin permainan yang sedang berlangsung dalam kumpulan ini.

Aku tetap berada di belakang kakakku, dan sesekali mencolek kakakku saat aku butuh perhatian darinya. Awalnya kakakku masih mau menoleh ke arahku saat ku mencoleknya, tapi saat dia mulai telibat aktif dalam permainan ini, colekanku selajutnya seperti tidak mendapat respon yang kuharapkan.

Kakak nampak sesekali berpikir saat pertanyaan dari permainan itu ditujukkan kepadanya. Dan usaha berpikir darinya, benar-benar merenggut perhatiannya kepadaku. Kebosanan melingkupiku. Aku tidak mengerti permainan ini, atau memang permainan ini memiliki syarat: harus memiliki otak minimum berumur 4 tahun seperti kakakku. Otakku sepertinya belum cukup berkembang untuk bisa terlibat dalam permainan ini.

Aku langkahkan kakiku mendekati lelaki tinggi pemimpin permainan ini. Nampaknya dia sedang menunggu jawaban dari kakaku atas pertanyaan yang dilontarkannya. Aku mengadahkan kepalaku ke atas, mencoba melihat rupa lelaki ini dari sudut tinggi badanku. Lelaki ini tinggi sekali ucapku dalam hati. Tinggi dengkulnya sejajar dengan tinggi kepalaku. Wajahnya tidak dapat terlihat sepenuhnya oleh mataku. Yang terlihat dari balik mataku ini hanya bagian bawah kepalanya, cuma dagunya... . Ya, cuma dagunya dan tidak keseluruhan wajahnya dapat terlihat dari sudut pandangku ini. Nampaknya ada sesuatu menempel di dagunya. Sesuatu ini benar-benar mengalihkan perhatianku sejenak. Kulihat dia, keingintahuanku membuatku mencoba menerka sesuatu yang menempel di dagu lelaki tinggi ini. Dan..., ku tetap mematung sambil mengadahkan kepalaku memperhatikan dagu lelaki ini.

Secara tiba-tiba, dagiu ini bergerak ke bawah, dan akhirnya aku bisa melihat keseluruhan wajahnya. Kini mata kami saling beradu pandang. Lelaki ini melipat dengkulnya ke bawah, dan kini kepala kami bersejajaran. Aku dapat melihat sesuatu yang menempel di dagunya. Ternyata itu rambut. Tidak itu saja, di bawah hidungnya dan bibirnya aku menemukan rambut juga. Aneh pikirku dalam hati.

Aku terbuai dalam keanehan dari wajah lelaki ini. Tanpa kusadari, tangan kanan lelaki ini melingkupiku, dan dengan mudahnya menggendongku. Dari posisi ketinggian, saat lelaki ini menggendongku, aku melihat ke bawah. Kakak ku terlihat sangat kecil dari posisi ini, demikian halnya dengan teman-temannya yang lain. Aku lambaikan tanganku ke arah kakakku. Kakakku tertawa melihat lambaian tanganku.

"Bang, si Vrince mah suka banget di gendong" ujar kakakku kepada lelaki yang menggendongku.

"Oh ya?" jawab lelaki ini.

Lelaki ini mengangkatku lebih tinggi lagi, kali ini dengan menggunakan kedua tangannya. Dia menjunjungku setinggi mungkin. Dalam satu ayunan, dia melemparkan diriku ke atas. Angin terasa mengiringi badanku yang terlempar ke atas. Kakakku semakin terlihat kecil saat badanku melayang ke udara. Dengan sigap tangan lelaki ini menangkap badanku setelah aku melewati titik maksimum lemparan dan hendak jatuh menghujam bumi karena gaya gravitasi.

Aku tertawa, angin terasa begitu sejuk saat aku terlempar tadi. Kuperhatikan, kakak ku nampak tertawa melihat aku terlempar ke udara. Ku tatap mata lelaki ini, ku lihat di juga ikut tertawa.

Tiada yang lebih menyenangkan bagiku, mengetahui aku bisa melihat kakakku dari atas, angin yang begitu jenaka menghampiri kulitku, dan melihat kakakku tertawa. Itulah mengapa aku sangat senang saat berada dalam gendongan seseorang.

Lelaki ini menatapku "Mau lagi?" nampaknya dia berkata kepadaku.

Aku hanya memandang lurus ke arah matanya dan nampaknya dia melihat ini sebagai suatu jawaban dari ku.

Dalam satu ayunan yang lebih bertenaga dari sebelumnya, badanku kembali terlempar jauh lebih tinggi ke udara. Angin lebih banyak menerpa kulitku dari yang sebelumnya. Kakakku terlihat jauh lebih kecil saat ku memandangnya. Dan yang lebih hebatnya lagi, aku merasa dalam sekejap menjadi manusia tertinggi di dunia, melebihi tinggi lelaki yang melemparku ke udara.

Menyenangkan saat aku tahu bahwa dunia ini ternyata bisa kulihat dari tempat yang lebih tinggi. Dunia yang ternyata jauh lebih luas dari yang mampu kulihat dari balik mataku sebelumnya. Mungkin di kemudian hari, dunia ini dapat kulihat jauh melebihi yang terlihat saat aku terlempar ke udara seperti ini.

Kini keingintahuanku semakin menjadi-jadi.

QUOTES:

"To know, is to know that you know nothing. That is the meaning of true knowledge" ---Socrates ---

"There comes a time when the mind takes a higher plane of knowledge but can never prove how it got there" ---Albert Einstein---

-----------------------== CoOL...!!!==---------------------

Kak Sally dan Tante Revi
Si Lelaki berbadan tinggi

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Vrince yang lucu son!

Vester Cobain mengatakan...

keponakanya si Revi simanjuntak tuh may

Search Engine Optimization