header photo

gila kita bersama muka dewa

memusing segala perkara
entah yang indah, atau yang berkesan sepi

nelangsa peristiwa sejenak
suka berhari-hari penuh

adakah yang lebih indah dari kebersamaan?

aku teringat, entah mengapa
sengaja kita sepakat lukis gambar dewa,
dalam mabuk kita berdua, kita lukis sebuah muka
satu muka: setengah muka ku, setengah muka mu

setengah mabuk kau berkata:
"lihat, dewa ini mirip sekali denganmu"

aku terlampau mudah mabuk sepenuhnya, jua berkata:
"tidak, aku tak secakap dalam gambar ini. Kurasa muka dewa ini menitis jadi engkau"

--tertawa bersama--

--saling berpandangan, tunjuk muka satu sama lain--

--kembali tertawa bersama--

kecewa tak bisa hindarkan kenangan,
terangkai dalam bingkai biru,
yang hanya ada di dinding waktu

sedikit jarak, sedikit waktu, memadu jadi satu
menjelma jadi kesendirian
juga begitu rapuh, mudah tersapu angin rindu

--melihat ke arah gambar dewa--

--kembali tertawa bersama--

--mata mengantuk redup--

temanku telah jadi mabuk, sempat berkata:
"janganlah kita berdebat untuk hal sepele;
karna kita tahu dalam mabuk kita berdua,
telah jadi dewa bersama, dalam satu muka,
kau dan aku"

aku ucapkan kata penghabisan sebelum tertidur dalam mabuk:
"sungguh kita tak perlu dewa,
karna kita tahu dalam mabuk kita berdua,
dewa tak lebih dari kita berdua,
dia bukan kau, juga bukan aku,
karna dua muka kita"

--aku tertidur--

--temanku tertidur--

--gambar dewa jadi alas tidur kami--

kebersamaan begitu kokoh,
tak juga kesadaran yang jadi pegangan,
karna dalam bawah alam sadar kita bersama

sedikit waktu, sedikit jarak, memadu jadi satu,
menjelma jadi kebersamaan,
dalam kemabukan rindu terhadapmu

May 10, 2011

pencari keterbukaan II

May 4, 2011 
Previous chapter: pencari keterbukaan 1

TIGA

tok..tok..tok...
demikian bunyi dari pintu yang ku ketuk. Tak berselang dari dalam terdengar suara

"Siapa di sana?"

"Tak bisakah Anda membuka terlebih dahulu, sebelum hendak Anda bertanya padaku?" jawabku.

Akupun mencoba mengintip dari nako jendela samping pintu. Itupun tak dapat kutelusuri pandanganku ke dalam, sebab horden menghalangi. Demikian juga orang yang tadi berkata: "Siapa di sana?", tentulah tak dapat melihatku jikalau dia melakukan hal yang sama -- berusaha mengintip siapa lawan bicaranya.

Lalu muncullah lagi suara yang dari dalam itu berkata : "Tidakkah seharusnya Anda dapat menjawab pertanyaanku ketimbang mengajukan persyaratan: 'Tak bisakah Anda membuka terlebih dahulu, sebelum hendak Anda bertanya padaku?'?"

damai

di bawah sebuah taman,
rindang dan sejuk,
tak bising,
juga tak tergesa
tak tertekan,
juga beri ketenangan,

di bawah mendung,
sepi dan tiada riuh,
tak terik,
juga tak membakar
tak menuntut,
juga beri kesyahduan

di bawah senja
kemilau dan memerah,
tak menyilaukan,
juga tak membutakan
tak memaksakan,
juga beri keramahan

dalam damai,
terasa asing segala bahasa manusia
dalam damai,
terasa bahasa alam capai nirwana

May 5, 2011

may day

dasar kamu manusia
sudah berkeringat punya kerja, tapi perlu bersuara
yang dikira punya perkara
tentang  hidup kurang dari seadanya,
tentang keadilan sosial semata,
dasar kamu yang bersuara
menggema sayup nelangsa
tentang diri kamu yang manusia

dasar binatang
penuai keringat pekerja, yang adalah para manusia
selalu saja angap tiada perkara
melulu tentang kesejahteraan naluri memangsa saja
melulu tentang tekanan malam berfoya,
dasar kamu naluri pemangsa
mengaum sekali, hormat kamu sebanyak riba
tentang diri kamu yang binatang



May 2, 2011

kerangkeng

yang 'ku lihat
kamu yang sedang bekerja,
giat dan keras luar biasa

jam sembilan malam dari jam tangannya yang kulihat

namun tak demikian yang 'ku rasa
kurasa kamu sedang merindu panjang umurmu
kar'na itu kamu kerja

singkat umurmu teruntuk dunia luar kerja

semoga panjang umurmu
di bumi yang padanya kamu bekerja

dari surga
mereka-mereka yang suci melihat
dan berujar singkat:
"orang yang demikian tak akan masuk sekutu kita"

dari surga
mereka-mereka yang suci dapat merasa
sedemikian padat perasaan mereka, dan kembali berujar
"orang yang demikian tak akan masuk sekutu kita"

April 22, 2011

tentang bayang



Di jalan-jalan siang hari, bayang-bayang berserak di jalan
tak perlu seksama selidik rupa bayang,

semua sama seperti adanya, hitam, tapi berbentuk
tak bermata, apakah bermakna?

semua sama seperti adanya, hitam, tapi bergerak
tak menetap, sudikah mendekat?

Di jalan-jalan sepanjang jalan,
kelam memekat hitam,
semu bergema tak bersarang,
tibalah malam

jikalau malam telah tiba,
hendak dipajang dimanakah bayang?

dan bayang tak bercahaya, namun perlu sinaran
pun tak menarik, namuk tak berarti tak dilirik

dan tentang bayang
yang semua kita tahu
selalu perlu penampang

May 2, 2011

Kebas Pantat, Belas Kasihan, dan Ketek Setan

(jurnal seorang pengemudi motor berplat B)


Matahari kembali terang di atas segala kemungkinan langit yang terik. Aku terdiam keletihan. Tak habis juga perjalanan yang kutempuh sejak sedari tadi.

Sebuah warung di pinggiran jalan akhirnya kutemukan. Aku berhenti. Lalu memesan sebuah botol beserta teh dingin dalamnya. Mulutku menghirup teh itu. Segar. Juga nyeri seketika itu juga perutku. Baru kusadari, sehabis bangun tadi pagi, tak sempat ku santap makanan pembuka bumi ku. Sarapan.

Sehabis kuhisap cair-cair semua isi teh dingin dalam botol itu, aku bayar, lalu bergegas menghidupkan teman beroda dua. Motor berplat B kepunyaanku. Satu-satunya.

Sempat terpikir untuk membeli motor dalam ukuran yang lebih besar, lebih gagah. Tapi kuurungkan, lantaran tak sanggup ku dibuat pusing nantinya. Pusing karena akan bingung motor yang mana yang harus kupakai saat hendak ingin menyusuri jalan raya. Yang tua, yang telah kupunya dari zaman SMA kah? atau motor dengan ukuran yang lebih besar? yang nyatanya masih saja dalam angan tentang motor gagah itu sendiri. Peduli ketek setanlah! Aku bingung untuk hal yang demikian!!!
Search Engine Optimization